HE FOR SHE
#HeforShe #GenderEquality #UNWOMEN
Kebijakan HeForShe adalah sebuah inisiatif global yang diluncurkan oleh UN Women (Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan) pada tahun 2014.
Tujuannya adalah mengajak laki-laki dan anak laki-laki untuk berperan aktif dalam memperjuangkan kesetaraan gender — bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai sekutu dan agen perubahan.
Tujuan Utama
HeForShe berangkat dari pemikiran bahwa kesetaraan gender bukan isu perempuan saja, tetapi isu kemanusiaan dan keadilan sosial.
Misinya adalah menciptakan dunia di mana laki-laki dan perempuan menikmati hak, peluang, dan martabat yang setara.
Pilar Kebijakan
Kampanye ini memiliki beberapa area fokus kebijakan dan aksi:
a. Kepemimpinan dan Partisipasi
Mendorong laki-laki di posisi kepemimpinan (politik, korporasi, komunitas) untuk membuat kebijakan yang adil gender.
Menghapus norma maskulinitas toksik yang menyingkirkan perempuan dari ruang keputusan.
b. Keadilan dan Hak Asasi
Mendukung kebijakan hukum yang melindungi perempuan dari kekerasan berbasis gender.
Memastikan laki-laki ikut bertanggung jawab dalam pencegahan kekerasan, bukan hanya reaktif.
c. Pendidikan dan Pekerjaan
Menumbuhkan kesetaraan akses pendidikan dan peluang karier.
Mendorong laki-laki menjadi teladan dalam membagi kerja domestik dan tanggung jawab pengasuhan.
d. Kesehatan dan Keamanan
Mengintegrasikan perspektif gender dalam kebijakan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi dan mental.
Mendorong laki-laki untuk sadar bahwa kesetaraan gender juga memperbaiki kualitas hidup mereka.
Komitmen Global
Lebih dari 2 juta laki-laki di lebih dari 100 negara telah menandatangani komitmen HeForShe.
Beberapa negara dan perusahaan besar (misalnya PwC, Tsinghua University, dan pemerintah Islandia) bahkan membuat HeForShe IMPACT Commitments, yaitu target konkret untuk:
Menutup kesenjangan upah gender,
Menambah perempuan di posisi pemimpin,
Meningkatkan keamanan kerja bagi perempuan.
Prinsip Kebijakan
1. Inklusif dan partisipatif — melibatkan semua gender.
2. Transformasional — bukan hanya simbolik, tapi mengubah struktur sosial.
3. Aksi berbasis data — mengukur kemajuan nyata dalam indikator kesetaraan.
4. Akun tabel dan transparan — setiap institusi yang bergabung harus melaporkan progresnya.
CAPAIAN DAN UPAYA
NYATA DI INDONESIA
1. MoU UN Women + Srikandi BUMN & WEPs (Women’s Empowerment Principles)
Pada Februari 2025, UN Women Indonesia dan komunitas Srikandi BUMN menandatangani MoU untuk memperkuat kesetaraan gender di BUMN.
Beberapa BUMN (misalnya ANTAM, BTN, WIKA, InJourney) ikut menandatangani WEPs, sebagai bentuk komitmen agar praktek bisnis dan budaya kerja lebih responsif terhadap gender.
Target yang ditetapkan termasuk: 25% keterwakilan perempuan di kepemimpinan BUMN.
2. Strategi & Kebijakan Pemerintah: Gender Mainstreaming
Indonesia memiliki Kebijakan Pengarusutamaan Gender (Presidential Instruction No. 9 Tahun 2000) dan ini diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) dan Agenda SDGs nasional.
Komitmen Indonesia di forum internasional untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, mengurangi kematian ibu, dan memberantas kekerasan terhadap perempuan dan anak.
3. Kampanye & Kesadaran Publik
HeForShe Run 2018 di Jakarta: ribuan orang ikut mendukung gerakan kesetaraan gender lewat kegiatan lari bersama yang digelar bersamaan dengan International Women’s Day.
Dukungan dari para pemimpin daerah: beberapa gubernur/provinsi telah menyatakan komitmen HeForShe dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil bagi perempuan & anak-anak.
Program‐edukasi, penelitian dan survei tentang kekerasan terhadap perempuan, partisipasi digital wanita, dan kampanye kesetaraan dalam dunia kerja juga terus dilakukan oleh UN Women dan mitra lokal.
Tantangan yang
Masih Ada
1. Kesenjangan Representasi
Meskipun ada kemajuan, persentase kursi perempuan di parlemen relatif rendah (~21.9%) dan masih jauh dari representasi paritas.
Banyak posisi kepemimpinan di sektor publik dan swasta masih belum tercapai secara seimbang.
2. Kekerasan dan Keamanan
Masih ada angka signifikan kekerasan terhadap perempuan: pelaporan terhadap kekerasan fisik/sexual dalam kurun waktu tertentu masih tinggi.
Perlindungan hukum dan pelaksanaan di lapangan belum merata di semua daerah.
3. Data & Monitoring
Terdapat keterbatasan data untuk beberapa indikator penting: misalnya gender pay gap, pekerjaan tanpa upah (care/domestic work), serta data di daerah terpencil.
Pemantauan dan evaluasi implementasi komitmen sering tergantung pada inisiatif lokal atau NGO, bukan sistem nasional yang konsisten.
4. Norma Sosial & Budaya
Patriarki dan stereotip gender masih kuat di banyak komunitas, mempengaruhi peran gender tradisional, pembagian kerja domestik, akses perempuan ke keputusan publik.
Resistensi terhadap perubahan terutama di masyarakat konservatif, dan tantangan terhadap pendidikan gender di level akar rumput.
Kesimpulan
Indonesia telah membuat langkah-langkah positif nyata dalam menerapkan gagasan HeForShe / prinsip kesetaraan gender: melalui kebijakan, komitmen korporat, kampanye publik, hingga kegiatan advokasi. Tetapi untuk mencapai tujuan yang lebih mendalam dan menyeluruh, masih diperlukan:
Komitmen political yang lebih kuat dan berkelanjutan,
Penguatan regulasi & penegakan di semua level pemerintahan,
Sistem monitoring yang lebih baik,
Perubahan budaya & norma sosial yang mendukung kesetaraan.